Habib Ali Masyhur
Sebaik-baik manusia adalah mereka yg hidup sezaman
denganku, kemudian generasi selanjutnya, lalu generasi selanjutnya lagi. (HR
Bukhari Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwasanya manusia terbaik adalah
para sahabat kemudian Tabi'in lalu Tabiit tabiin. Namun setiap zaman selalu ada
saja orang orang yang meski tidak hidup pada zaman Nabi ataupun 2 generasi
sesudahnya namun mereka tetap menjadi orang-orang terbaik seperti, tak peduli
di masa kapanpun mereka tetaplah hidup dengan akhlak Nabi, ilmu Nabi, perjuangan
Nabi, dan kasih sayang Nabi, merekalah para ulama pewaris Nabi.
Habib Ali masyhur bin Muhammad Bin Hafidz adalah salah
satunya.
Hal ini disaksikan oleh hampir semua orang yang pernah
bersama dengan beliau baik di saat berada di Tarim ataupun saat berada dalam
perjalanan.
" Beliau tak
pernah meninggalkan amalan harian dan dzikiran yang sudah beliau biasakan dari
sejak muda dalam keadaan apapun" begitu keluarganya bercerita.
mengenai keseriusan Beliau terhadap ilmu seorang pelajar
bercerita bahwa suatu ketika Habib Ali masyur yang memiliki jadwal kajian di
sebuah majlis, datang terlambat dengan terengah-engah, keringat bercucuran dari
badan beliau karena cuaca sedang sangat panas hampir 50 derajat celcius. Beliau
meminta maaf atas keterlambatannya yang disebabkan karena mobil yg biasanya menjemputnya
berhalangan datang hingga membuat beliau yang tak mau absen dari mengajar terpaksa
harus berjalan kaki dari rumahnya yang berjarak sekitar dua km padahal usia
beliau kalau itu di atas 60 tahun.
Mengenai kasih sayang Beliau, keponakannya Hamid bin
Habib Umar Bin Hafidz bercerita " aku menemani beliau dalam perjalanan
pengobatan beliau di Jordan, hari itu kami di luar rumah sakit menunggu mobil
menjemput kami, cuaca dingin sekali, dan angin dingin bertiup sangat kencang,
saya beulang kali menggosok-gosokan tangan untuk mengusir kedinginan, Beliau
kemudian melepas syalnya dan memakaikan kepada saya yang memang tidak memakai
syal sembari mengatakan " pakailah, saya suka udara dingin " katanya.
saya sangat paham bahwa beliau pastilah juga kedinginan dan membutuhkan syal
itu hanya saja rahmat dan kasih sayang dalam hatinya tak membiarkan saya sebagai
keponakannya merasakan kesusahan.
Sang keponakan ini juga bercerita bahwa pada saat idul
adha, di saat penyembelihan hewan kurban, Habib Ali Masyhur malah terlihat
sibuk memberi minum hewan-hewan kurban yang sebentar lagi akan disembelih itu.
Luar biasa... kasih sayang di hati
Beliau membuat beliau peka bahkan terhadap rasa haus dari binatang sekalipun.
Sahabat, dini hari waktu indonesia pagi ini kami
mendengar kabar kewafatan Beliau, Habib Ali Masyhur kakanda tertua dari Guru
Mulia kita Habib Umar Bin Hafidz sekaligus seorang tokoh ulama terkemuka,
pimpinan majelis fatwa Hadramaut Yaman. Kewafatannya meninggalkan lubang besar
untuk Tarim, Hadramaut, Yaman bahkan dunia islam secara keseluruhan.
Meninggalkan duka dan luka mendalam bagi para keluarga, tetangga, dan sahabat
beliau, juga bagi kami para murid-murid beliau. Dan bagi kita semua umat islam
yang mencintai para ulama.
Adapun bagi beliau, kewafatannya adalah mendatangi jamuan
pesta ketika beliau sebagai tamu kehormatannya. Apalagi ditambah fakta bahwa
beliau dipilihkan untuk meninggal dunia pada hari raya, mengingatkan kita pada
ucapan sufyan Attsauri RA "Hari
raya yang sesungguhnya adalah hari di mana engkau berjumpa dengan Allah SWT
sedang Dia ridha padamu"
Allah meridhaimu duhai Guru...
Allah menyayangimu duhai Mufti...
Allah menyambutmu duhai Pewaris Nabi... jangan halangkan
kami dari keberkahanmu... Alfatihah...
(Halimah Alaydrus, Indramayu, 3 Syawal 1441 H)